NAMA :
WIYOKO SUGIARTO
NIM :
201124019
TUGAS : RANGKUMAN MATA KULIAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN
CHAPTER 1 MANAJEMEN
PEMELIHARAAN DAN RELIABILITAS 2008
l
Buku
utama:
Maintenance Management, by Lawrence
Mann, Jr., Lexington Books, 1978
l
Buku
penunjang:
1.
Teknik
Manajemen Pemeliharaan, by Antony Corder, di alih bahasa oleh Ir. Kusnul Hadi,
Erlangga, 1996
2.
Introduction
to Total Productive Maintenance, by Seiichi Nakajima, 1988
3.
Facility
Design and Management Handbook, by Eric Teicholz, McGraw Hill, 2001
4.
Maintenance
Engineering Handbook, by Lindley R. Higgins, McGraw Hill, 2002
Tujuan Kuliah
Memahami aspek-aspek penting dalam
manajemen pemeliharaan dan mengetahui berbagai jenis mananjemen pemeliharaan yang digunakan
perusahaan
CHAPTER 2 ORGANIZING FOR
MAINTENANCE OPERATIONS
A. Pengenalan Maintenance
Definisi
pemeliharaan:
Pemeliharaan dapat didefinisikan
sebagai kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menjaga fasilitas dalam
"as-built" Kondisi dan karena itu terus memiliki kapasitas produktif
aslinya.
Kategori
maintenance berdasarkan “kapan (when)” dilakukannya maintenance:
a.
Emergency
maintenance, pekerjaan harus dilakukan dalam waktu dekat.
b.
Routine
maintenance, pekerjaan harus dilakukan dalam waktu terbatas.
c.
Preventive
maintenance, pemeliharaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang direncanakan.
Cara lain mengkategorikan maintenance
sebagai berikut:
Dalam sepuluh tahun terakhir,
industrial engineering dan keilmuan lainnya menerapkan ilmu-ilmu mereka untuk
memecahkan masalah di bidang maintenance, seperti MIS, inventory and material
control systems, scheduling algorithms, work standards, dll.
B. Desain Sistem Manajemen Informasi
Pemeliharaan (Maintenance Management
Information system / MMIS)
1. Define Objectives :
Objektif
MMIS dapat bermacam-macam. Secara umum
perusahaan menginginkan adanya work order sebagai input dan memberikan
printout. Berbagai objektif dapat dicapai via MMIS:
a.
Memperlihatkan
perintah kerja yang akan dikerjakan.
b.
Menempatkan
men, equipment, and material to various jobs
c.
Memberikan
indikasi derajat performa grup manajemen pemeliharaan dan grup pekerja langsung.
MMIS
secara umum akan:
a.
Memaksimumkan
response suatu fasilitas seperti yang diinginkan operator
b.
Meminimumkan
biaya pemeliharaan
c.
Akumulasi
data untuk analisa dan pengukuran kinerja
d.
Tersedianya
metode/cara pemberian informasi kepada setiap level manajemen, shg tindakan
korektif dapat dilakukan di setiap level supervisor
e.
Menggunakan
standards untuk keputusan ekonomi, bukan u/ menstandarkan setiap operasi
Sistem ini termasuk juga variance
reports yg memperlihatkan perbedaaan antara perkiraan dan realisasi dana atau
manhours, overtime reports, reports on sum work orders untuk periode waktu
tertentu.
2. Menetapkan Tanggungjawab dan wewenang (Establish Responsibilities and Authority)
Metode
pengukuran kerja harus menggunakan determinasi apakah manajemen berekspektasi lebih atau kurang terhadap
seseorang yang ditunjuk untuk menjabat, bisa sebagai planner, scheduler,
coordinator, foreman, atau manager maintenance.
3. Menguraikan Aksi (Spell out Actions)
Tentukan semua langkah-langkah yang
harus dikerjakan, termasuk: menginisiasi work-order, estimasi the resources required for the WO,
ordering material yang tidak tersedia, reserving peralatan untuk WO,
mengembalikan unused material to the storehouse.
4. Menentukan Personil yang Dibutuhkan
5.
Membuat Prosedur-prosedur Financial Control
Ada 2 sub sistem finansial. Pertama
adalah account untuk semua pengeluaran (labor, material, equipment), yg. kedua
budgeting (short dan long ranges).
6. Menggunakan feedback information
C. Fungsi Sistem
a.
Top
management menentukan irama program maintenance. Ekspektasi top manajemen harus
diketahui oleh semua orang di dalam sistem
b.
Sistem
ini juga harus mencakup pertimbangan standar. Standar menentukan waktu,
material dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan serta
prosedur yang akan digunakan untuk mencapainya dengan cara yang paling aman.
c.
Akuntansi
Keuangan
D. Mengelola Program
a.
MMIS
harus dilakukan oleh orang-orang yg kompeten dan ada dalam struktur organisasi
b.
Performa
MMIS harus dapat dimonitor dan diukur
c.
Training MMIS harus dilakukan
E. Pemeliharaan Kebutuhan Laporan
Tahunan (Plant Maintenance Needs an
Annual Report)
Sama
seperti produksi, manajemen pemeliharaan harus membuat laporan tahunan. Di
dalam annual report harus ada penilaian kuantitatif tentang bagaimana tugas
pemeliharaan juga sedang dilakukan. Plant maintenance hampir selalu menderita Sindrom
modal-biaya /capital-expense syndrome (cost center) Laporan tahunan juga
mencakup:
•
Rencana
Menengah dan jangka panjang (maanpower, equiptment, material resources)
•
Kriteria
perkiraan dan basis
•
Perbandingan
kontrak terhadap kekuatan sendiri
•
Program
Investasi modal
•
Pelatihan
Program
•
Evaluasi
Harga
F.
Pedoman Manajemen Pemeliharaan (The
Maintenance management Manual)
Manual berbentuk: narrative
descriptions, flow sheet, job descriptions, sample forms, productivity
measurement program, contacting, dan annual reports.
Manual looklike ISO:
G.
Tiga Rencana Dasar (Three Basic
Plans)
- Central Maintenance:
•
Para
pekerja pemeliharaan (mechanics/craftsmen) di tugaskan untuk bekerja dimana
saja dseluruh area kerja dan melapor pada satu orang (maintenance head)
•
Jumlah
orang bisa 1 sampai lebih dari1000 orang seperti di kilang minyak yang besar.
•
Untuk
crews yang banyak bisanya dipakai maintenance terpusat ini.
- Area Maintenance:
•
Maintenance
di organized on a area basis (area bisa ditentukan berdasarkan geogafi, by
product, atau product grouping)
•
Pekerja
pemeliharaan di tugaskan ke area tertentu, dan melapor ke maintenance head.
- Departemental (unit) Maintenance:
•
Pekerja
ditugaskan pada departement, unit, atau fungsi tertentu, dan melapor pada
depatement/unit/fungsi head.
CHAPTER 3
(PAPER WORK CONTROL)
Setiap
sistem pengontrolan maintenance memerlukan kertas kerja (paperwork) dalam
bentuk formulir-formulir sebagai sumber informasi. Lembar kerja umumnya harus
dibuat sesimple mungkin tapi tetap dapat membantu dalam penyelesaian dan
monitoring pekerjaan maintenance. Formulir paling penting untuk pengontrolan
maintenance adalah work order (perintah kerja). Perintah Kerja (WO) memberikan
info tentang Cost dan material estimates. WO bisa di buat pertama-tama oleh
foreman, mekanik, personil operasi, personil safety. Akan tetapi sebaiknya WO
dibuat oleh seseorang pada level supervisor. WO akan menjadi bagian dari historical
records yang digunakan untuk planning, monitoring, evaluating
aktivitas-aktivitas perusahaan.
Format
WO di perusahaan berbeda-beda. Bentuk WO sederhana meliputi job yang harus
dikerjakan, perkiraan manhours, material dan jumlah labor. Perusahaan yang mempunyai MMIS akan
menggunakan WO sebagai input ke MMIS, sehingga WO tersbut harus lengkap dengan
equipment costs, info ttg. preventive management program, priority of WO, dan
info yang diperlukan untuk membuat equipment history.
Hal-hal
penting yang biasanya ada pada format WO:
•
Date
(permintaan dan pelaksanaan)
•
Accounting
code untuk funds allocation
•
Equipment
number or location
•
Prioritas
•
WO
number
•
Originator
•
Approved
by
•
Craft
(pekerja ahli) yang dibutuhkan
•
Equipment
required
•
Material
required
•
Estimated
hours
•
Actual
hours
•
Job
description
•
Maintence
foremen or supervisor
Prioritas
ditentukan oleh scheduler atau coordinator maintenance. Prioritas biasanya
disusun/ditentukan berdasarkan the importance of a job.
Kemungkinan
definisi prioritas adalah:
1.
Prioritas
pertama:
emergency or safety work (harus dikerjakan paling lambat 24 hours)
2.
Prioritas
kedua: semua
pekerjaan yang harus segera dkerjakan, kecuali shutdown work
3.
Prioritas
ketiga: semua
pekerjaan untuk mencegah stop or loss, kecuali emergencies (maksimum 7 hari
setelah diminta u/ dikerjakan)
4.
Prioritas
keempat: semua
pekerjaan yang tidak tercover di 1 s/d 3 (maks 30 hari)
5.
Prioritas
kelima: pekerjaan
dapat di tunda sampai dengan a unit is shut down.
Contoh
Work Order (WO)
CHAPTER 4
(MAINTENANCE JOB PLANNING AND SCHEDULING)
Tujuan
dari Maintenance Planning dan Scheduling adalah:
1.
Meminimalisasi
waktu menganggur tenaga kerja maintenance
2.
Memaksimumkan
efisiensi penggunaan waktu kerja, bahan, dan peralatan.
3.
Mempertahankan
peralatan beroperasi pada tingkat yang responsif terhadap kebutuhan produksi
Planning and Scheduling adalah dua
fungsi pemeliharaan yang berbeda, tapi keduanya merupakan kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Di dalam WO, sebaiknya prioritas ditentukan oleh operator.
A. Engineering the Work Order
Di dalam maintenance job planning
termasuk juga estimasi perkerjaan dan rekayasa pekerjaan terutama untuk
pekerjaan-pekerjaan yang besar dan belum pernah ada sebelumnya. Adanya
pekerjaan-pekerjaan dengan sifat seperti itu, diperlukan rekayasa WO sedemikian
sehingga info yang ada di WO benar-benar dapat bermanfaat bagi proses
pemeliharaan
B. Who Plans and Schedules the Work
Orders?
·
Planner
dan Scheduler
·
Posisi
planner dan scheduler menghendaki seseorang yang familiar dengan metode-metode
produksi yang digunakan perusahaan atau pada area/unit tempatnya bekerja.
·
Planner
dan scheduler harus diberikan informasi terkini tentang new operations sehingga
estimasinya realistis. Diskusi ttg how to improve WO dengan orang lapangan
harus sering dilakukan.
C. Standar
Perencanaan
awal WO dibuat berdasarkan sekumpulan standar pemeliharaan. Standar
pemeliharaan menggunakan 3 bagian:
1.
Urutan
kejadian yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
2.
Daftar
keahlian yang diperlukan beserta manhoursnya
3.
Daftar
material dan peralatan yang dibutuhkan
Dalam
banyak kasus, nomor persediaan material (material stock number), juga
dicantumkan di dalam standar, shg dapat di peroleh material yang tepat dalam waktu
yang cepat. Standards system harus senantiasa di maintain. Standar harus selalu
di review setelah WO di eksekusi. Standar juga merupakan data bagi pebuatan
skedul pemeliharaan.
Manfaat
standar:
1.
Menfasilitasi
perkiraan
2.
Memastikan
pekerjaan dilakukan dengan benar dan efisien
3.
Sebagai
alat training bagi craftmen
D. Material, Equipment, and locale
·
Tidak
ada WO yang dapat dieksekusi tanpa adanya material dan spare parts. Planner
harus bisa membuat daftar material dan peralatan yg akan digunakan. Jika tidak tersedia harus
segera dibeli.
·
Di
suatu pabrik biasanya tersedia peralatan pemeliharaan seperti welding machines,
air compressors, scaffolding, hoists and cranes, and various handling
equipment, and portable power tools. Peralatan ini dikontrol oleh bagian
pemeliharaan dan ditempatkan pada sebuah garasi pusat (central garage).
·
Bagian
pemeliharaan biasanya mempunyai tempat kerja yang dinamakan maintenance
shop/work shop/tempat kerja (ada di central, area, or departemental).
·
The
maintenance planner bertanggung jawab dalam menentukan apakah suatu pekerjaan
maintenance dikerjakan di site atau di maintenance shop. Tentu ada beberapa
pekerjaan yang memang harus dikerjakan di site atau di shop. Makin banyak
pekerjan yang bisa dikerjakan di shop makin baik, karena biayanya lebih
minimum.
E. Keeping in Touch
·
Maintenance
planner harus selalu menyadari bahwa terdapat kemungkinan perbedaan antara
planning dengan realitas di lapangan.
·
Umpan
balik diperlukan untuk mengetahui adanya perbedaan itu. Misalnya perbedaan
total cost dari suatu WO dengan estimasi total cost sebelumnya, total manhours
yang terjadi dibandingkan dengan estimasinya.
·
Dengan
adanya feedback ini maka planner dapat melakukan perubahan dalam metodes
operasional atau perubahan prosedur pengerjaan.
·
Meeting
antara maintenance supervisor, operating personnel, dan planner harus diadakan
untuk menentukan pekerjaan apa yang akan dikerjakan dan kapan akan dikerjakan.
Meeting ini bisanya dilakukan setiap hari (pagi) dan waktunya singkat.
F. Maintenance Scheduling
·
Maintenance
scheduling terutama konsen dengan mengatur urutan pelaksanaan WO yang telah
dibuat. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan prioritas, availability material
and equipment, availabilty of mekanik dan pekerja pemeliharaan lainnya.
·
Dalam
membuat skedul, harus berdasarkan apa yang akan terjadi (realitas) , bukan atas
dasar apa yang diinginkan terjadi.
·
Skedul
dapat saja berubah. Misalnya adanya peralatan yang malfunction, pengambilan
material yang salah dari storeroom, workernya tidak hadir.
·
WO
sebaiknya jangan diskedul sebelum semua material yang diperlukan oleh suatu WO
tersedia
·
Dalam
penyusunan skedul, prioritas bisa disussun dalam 4 s/d 10 tingkatan prioritas.
Pada umumnya memakai 4 level yaitu: emergency work, normal maintenance,
preventive maintenance, dan other maintenance. Bisa pula berdasarkan date line
kapan WO selesai.
·
Penumpukan
(backlog) WO dapat terjadi. Hal ini akan
menyulitkan pembuatan skedul. Solusinya biasanya adalah outsourcing pekerjaan
maintenance.
·
Standards
tidak hanya berperan dalam planning, tetapi juga dalam pembuatan skedul.
Misalnya standar manhours, katagory pekerja pemeliharaan dst.
G. Reports, etc., Required for
Planning and Scheduling
·
Laporan
yang pertama digunakan oleh manajemen pemeliharaan adalah skedul pemeliharaan
(maintenance schedule).
·
Laporan
kedua dalam maintenance scheduling adalah laporan ttg backlog. Isinya adalah
lists WO dari pekerjaan yang telah siap dilaksanakan dan dinilai memiliki
prioritas yang lebih rendah dari WO pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
·
Laporan
ketiga yang penting dalam maintenance scheduling adalah production schedule.
Dari laporan ini akan diketahui ttg mesin apa saja yang sedang digunakan, dan
kapan sebuah mesin dapat direlease untuk dilakukan pemeliharaan
·
The
Maintenance Planning Worksheet seperti terlihat di halaman 36, adalah bentuk
laporan yang digunakan oleh planner. Isinya dibagi dalam 4 bagian:
1.
Manhours
yang diperlukan u/ setiap jenjang keakhlian pada suatu pekerjaan pemeliharaan.
2.
Daftar
setiap material yang dibutuhkan berdasarkan nama dan nomer persedian di gudang
penyimpanan (storehouse stock number)
3.
Alat
dan peralatan yang diperlukan harus dibuat daftarnya, termasuk estimasi lamanya
penggunaan alat dan peralatan tsb.
4.
Ada
penjelasan ttg. Perlunya keamanan kerja (safety) dan adalnya suatu kondisi yang
khusus seperti “acid area”, “working in hot furnace”, “amonia enviroment”
H.
Scheduling Technique
·
Gantt
chart paling sering digunakan dalam maintenance scheduling. Chart ini
diciptakan oleh Henry L. Gantt pada waktu perang dunia ke I dan digunakan unuk
skedul produksi.
·
Network
scheduling atau CPM dan PERT juga digunakan dalam scheduling.
I. Progress Report
·
Status
pekerjan (job status) harus dapat diikuti melalui suatu laporan yang disebut
progress report.
·
Progress
report berisi ttg bagian pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan bagian
pekerjaan yang masih harus dikerjakan.
·
Status
pekerjaan dapat dihitung dengan cara:
a.
Persentase
aktual waktu yang dipakai dibandingkan dengan waktu yang ada di skedul
b.
Persentase
pekerjaan secara fisik antara yang sudah selesai dengan yang belum selesai.
·
Progress
reports yang digenerate oleh MMIS akan lebih cepat dibuat dibandingkan secara
manual.
J.
Report Audit Findings
·
Penjelasan
ttg adanya perbedaan antara planning dan aktual harus dibuat melalui proses
audit.
·
Laporan
hasil audit dibuat dengan mempertimbangkan:
1.
Simplicity: laporan audit harus sesingkat
mungkin shg bos dapat membacanya dengan cepat
2.
Hasil-hasil
saat ini harus dibandingkan dengan hasil tahun lalu
3.
Authority: Salinan hasil audit harus dikirim
kesemua orang yang berkepentingan dengan manajemen pemeliharaan.
CHAPTER 5
MAINTENANCE WORK MEASUREMENT AND STANDARDS
Standar
dan pengukuran kerja Modern dimulai pada Tahun 1881 Diposkan oleh Frederick W.
Taylor , Chief Engineer dari Midvale Steel Company , yang menerbitkan sebuah
makalah berjudul " Toko Management" (kertas no.1003 , ASME ) pada
tahun 1903.
Selain
itu gerakan studi dilakukan dan diposkan oleh Frank B. Gilbreth di akhir
1800-an. Gilbreth pertama kali melaporkan studi ini di " Brick Laying
System" , yang diterbitkan pada tahun 1909, Lalu Tahun 1911 ia menerbitkan
sebuah buku berjudul Gerak Studi Teknik dasar yang digunakan untuk mengukur
tenaga kerja tidak langsung mirip dengan dengan yang digunakan untuk mengukur
tenaga kerja langsung . Perbedaan Utama terletak pada penerapan dalam
menggunakan metoda.
Pekerjaan produksi yang standar dan
biasanya berulang-ulang , memiliki siklus aktivitas yang sangat singkat .
Siklus aktivitas pekerjaan pemeliharaan cenderung sangat panjang (3 sampai 6
Jam).
A. The Why and How of Maintenance Work
Measurement
Metode
studi menyebabkan teknik untuk mempertimbangkan cara yang mungkin untuk
melakukan pekerjaan, dan untuk memilih cara yang paling efektif, yang kemudian
didokumentasikan dan menjadi standar untuk pekerjaan itu. Standar inilah yang
dipakai oleh maintenance planner.
Dengan adanya work measurement
program, dengan jumlah pekerja yang sama dapat diselesaikan lebih banyak
pekerjaaan maintenance dibandingkan sebelumnya.
B. What Work Measurement will not do
Pengukuran
kerja bukanlah pengganti untuk pengawasan yang baik. Jika pengawasan tidak
benar merencanakan dan jadwal kerja, efektivitas kerja akan menderita.
WM
tidak melatih pekerja pemeliharaan. Akan tetapi dengan WM kita Bisa
mengidentifikasi Perlu ada atau tidaknya pelatihan.
WM tidak menjamin kualitas tinggi dari
pekerjaan. Quality tinggi masih membutuhkan pengawasan, dan pekerjaan yang baik
juga masih membutuhkan perencanaan, yang mana memberikan pertimbangan yang tepat untuk
metode, peralatan, dan bahan-bahan, untuk mendorong kerja berkualitas baik.
C. The Goal of Maintenance Work
Measurement
Tujuan
Pemeliharaan WM adalah pengurangan biaya.
Tanpa
manajemen WM tidak tahu di mana mereka dalam kaitannya dengan kinerja pekerja.
Ada 3
elemen Yang diperlukan di Dalam, Pembuatan program metode pekerjaan
perencanaan:
·
WO
sistem
·
Sebuah
system data standat waktu
·
Struktur
organisasi yang tepat
D. Where to use Work Measurement
Tidak
ada limitasi penggunaan WM untuk maintenance jobs. Besar kecilnya perusahaan
tidak berpengaruh.
WM
bisa di aplikasikan untuk pekerjaan yang memerlukan 2 jam kerja. Jika lebih kecil
dari itu kurang bermanfaat
WM untuk emergency work juga
impractical, karena tidak ada waktu untuk melakukan preplanning.
E. 3 System of Maintenance Work
Measurement
Ada 3
cara untuk pengukuran kerja di bidang maintenance:
1.
Berdasarkan
pengalaman atau estimasi. Biayanya murah, tapi kelemahannya: tidak pernah
diketahuinya normal pace.
2.
Using
historical data. Diperlukan statistical analysis untuk mengolah data waktu.
Waktu rata-rata bisa sebagai awal standard time.
3.
Using
Standard data. WM ini relies on the use of time study. Stopwatch studies do not
appear to be applicable to maintanance operations. Karena biasanya waktunya
lama (jam).
F. The Standards Program
Program pembuatan standards biasanya
diperkenalkan oleh industrial engineers, atau oleh konsultan yang merancang dan
men-set up program.
G. Universal Maintenance Standards
UMS dikembangkan untuk menyelesaikan
masalah dalam WM untuk nonrepetitive jobs dalam bidang maintenance.
CHAPTER 6
PREVENTIVE MAINTENANCE
A. Definisi dan Filosofi
Idealnya
all maintenance should be preventive, jadi pemeliharaan dilakukan sebelum
peralatan mengalami kerusakan (= penurunan kualitas/kuantitas produk).
Tidak
semua peralatan dimasukkan ke dalam program PM karena secara ekonomi tidak
feasibel
PM
disini adalah any maintenance that occurs before the quality quantity of the
equipment’s product menurun.
PM dimulai jauh hari sebelum
peralatan/alat/mesin dibeli dan dibangun. Plant maintenance harus mereview
spesifikasi yang diusulkan supplier (aspek engineeringnya, constructingnya,
atau purchasingnya) guna memastikan tidak menyusahkan dalam pemeliharaannya
nanti. Demikian juga kaitannya dengan space yang tersedia, lokasinya,
sedemikian shg memudahkan pemeliharaan nantinya.
B. The Benefit of a PM Program
1.
Biaya
pemeliharaan Minimum: pemeliharaan dapat direncanakan, standar dapat digunakan,
dan bahan dapat diperoleh sebelum dimulainya perintah kerja.
2.
Maintenance
dapat dilaksanakan pada saat yang tepat baik dari kacamata operation/production
maupun maintenance.
3.
Kemampuan
untuk kontrak pemeliharaan: karena sudah teratur jadualnya.
4.
Mengurangi
Downtime: karena urutan pekerjaan pemeliharaan sudah di rekayasa terlebih
dahulu
5.
Minimalisasi
persediaan spare part
6.
mengurangi
gangguan melalui pemeliharaan darurat
7.
mengurangi
kebutuhan peralatan siaga
8.
mengurangi
kebutuhan waktu lebih
9.
meningkatkan
keselamatan karena emergency works lebih sedikit, lebih banyak work yang bukan
emergency sehingga rules of safety lebih bisa dipatuhi.
10. Mengurangi polusi
C. Before Starting a PM Program
Selling
the Program
–
Untuk
all levels di perusahaan
–
Bagian
operasi/produksi harus diyakinkan bahwa mesin akan lebih responsif
–
Orang-orang
maintenance (pekerja dan supervisornya) harus diyakinkan bahwa pekerjaan mereka
akan menjadi lebih mudah dan lebih aman, meskipun ada kemungkinan insentifnya
akan berkurang akibat berkurangnya lebur karena pekerjaan emergency menjadi
berkurang.
Develop
means of evaluating PM Program
–
Cost
of maintenance related to jumlah produk yang dihslkan, uang yang di
investasikan, atau percent of sales.
–
Ratio
of planned work orders to emergency work orders atau the ratio of manhours for
planned work to emergency work. (Rasio yang direncanakan pekerjaan perintah
untuk perintah kerja darurat atau rasio jam orang untuk direncanakan bekerja
untuk pekerjaan darurat).
–
Kekurangan
jumlah material yang terekam
D. Initiation of a PM Program
Tidak
ada prosedur yang standar untuk langkah-langkah penerapan PM. Pada umumnya
dilaksanakan tanpa menyadari bahwa yang dilakukan adalah PM. PM program biasanya
dimulai dengan pekerjaan yang sederhana seperti lubrikasi, inspeksi , dan
pencucian/pembersihan. Suatu program PM yang baru bisa hanya mengcover
peralatan/mesin yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan untuk building,
lampu halaman, taman, dst belum tercakup. Secara umum, sebuah program PM yang
baru ditujukan untuk alat/peralatan/mesin yang paling sering harus di pelihara.
Peralatan yang katagorinya standby atau redundent equipment seperti pompa dan
motor, biasanya bukan prioritas utama dalam PM program awal.
Panduan
umum untuk menentukan perlu tidaknya dimasukkan ke dalam PM program:
1.
Will
the faulty item put the plant or a portion of the plant out of service?
2.
Are
spares or standby equipment available?
3.
Can
the necessary maintenance work be locally subcontracted?
4.
Can
equipment be purchased or rental locally?
5.
Is
it cheaper to maintain the equipment or
to replace it?
6.
Can
the equipment wait for the next normal turnaround (major overhaul)?
7.
Can
the equipment be redesigned to extend its run life?
8.
Will
the equipment last longer than the system in which it it placed?
Inspeksi
dalam program PM adalah pekerjaan ysng berulang. Untuk inspeksi more efektif
dilakukan pendekatan sebagai berikut:
1.
Lakukan
analisa terhadap metodemetode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam WO
2.
Rancang
prosedur inspeksi sedemikian shg travel time menjadi minimum
3.
Jika
equipment out of service for maintenance, lakukan inspeksi pada alat
tersebut
4.
Penentuan
metode inspeksi yang terbaik harus
memepertimbangkan alat inpeksi yang akan digunakan (misal:nondestructive
testing, vibration analysis)
5.
Desain
peralatan harus bisa menfasilitasi inspeksi.
Untuk
memonitor program PM perlu disiapkan check list yang juga berguna untuk
pelatihan.
Jika
maintenance standard adalah urutan kejadian yang membentuk WO, maka check list
adalah urutan kejadian yang membentuk PM WO.
Dalam
checklist harus ada daftar spare parts dan material yang diperlukan dalam
melaksanakan WO.
Checklist
adalah rekaman yang permanen dari proses inspeksi untuk suatu periode. Info ini
penting untuk meningkatan kinerja bagian pemeliharaan.
Frekuensi
inspeksi harus berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1.
Criticality
of equipment: adalah alat yang paling menentukan dalam proses produksi. Semakin
kritikal suatu alat semakin tinggi perhatian PM
2.
Experience
on simillar equipment: Penting untuk alat yg baru.
3.
Operating characteristic;PVT
4.
Age:
Makin tua alat craftman makin tau apa yang harus dikerjakan
5.
Safety
and pollution requirements
E. Scheduling PM
Pembuatan
skedul WO untuk PM dibuat berdasarkan prinsip-prinsip:
1.
Minimize
downtime.
2.
Relation
of PM to the total maintenance work load: ratio antara PM dan emergency harus
dijaga.
3.
Day
shift operations: sebaiknya pekerjaan PM
dilakukan pada day shift karena supervisi dan produktivitas masih tinggi.
F. Organization of Structure PM
Dalam PM program, sebaiknya ada grup
khusus untuk inspeksi peralatan/mesin/alat. Grup ini bertanggung jawab
melaksanakan vibration analysis dan non destructive testing. Grup ini juga
bertanggung jawab menentukan lokasi yang berkaitan dengan masalah polusi dan
safety. Sebaiknya jangan memisahkan struktur organisasi untuk PM dan bukan PM.
G. Personnel
Tidak
ada administrator khusus untuk program PM
Inspectors
bisa ada beberapa orang tergantung dari jumlah peralatan yang harus di
pelihara. Posisi seorang inspektor biasanya sejajar dengan foreman atau
supervisor.
Setiap orang di dalam program PM
bertanggung jawab terhadap keberhasilan program. Jadi tidak diserahkan kepada
beberapa individual saja.
H. The PM paperwork system
The
rules dalam membuat PM paperwork system:
1.
Minimize
the amount of data collected
2.
Satukan/jangan
pisahkan sistem PM dan sistem normal maintainance
3.
Pisahkan
biaya untuk fungsi inspeksi peralatan (krn perannya yang unik dalamPM)
CHAPTER 7
MEASURING AND APPRAISING MAINTENANCE PERFORMANCE
Manajemen pemeliharaan bersaing dengan
produksi / operasi untuk penggunaan sumber daya perusahaan. Anggaran (budget)
yang dibuat oleh produksi adalah berdasarkan percent return on investment. Anggaran
yang dibuat oleh maintenance management adalah bedasarkan demand akan service
yang bisa disediakannya. Ini harus dirubah menjadi berdasarkan ROI.
A. Analysis of Labor Productivity
Dari
tiga maintenance resources (manpower, material, and equipment) yang paling
sulit ditangani adalah manpower
Maintenance
Management (MM) tidak mempunyai kontrol yang cukup untuk masalah wage
(tergantung kontrak)
Tapi
MM bisa mengontrol How, When, Dan Where dari pekerjaan pemeliharaan, yaitu
produktivitasnya
Utilisasi
dari maintenance manpower dikontrol dan dilaporkan dalam bentuk ratio of
manhours actually worked to manhours estimated in accordance with standards.
Deviasi dari standards harus
diselidiki. Apa ada perubahan produktivitas, perlu adanya training, perhatian
thp kegelisahan pekerja, outdated standards, atau supervisi yang tidak berjalan
baik.
Persyaratan:
1.
Output dan input harus bisa diukur
2.
Jika tidak tersedia data, dapat diperoleh melalui
faktor-faktor produktivitas
B.
Satu Contoh Kasus Produktivitas
Minggu
ke-1 : Output yang
dicapai = 100 unit
Input yang digunakan =
120 jam-orang
==>Produktivitas minggu ke-1 = 100
/ 120 = 0.83
Minggu
ke-2 : Output yang
dicapai = 140 unit
Input yang digunakan =
120 jam-orang
==>Produktivitas
minggu ke-2 = 140 / 120 = 1.17
Produktivitas minggu ke-2 >
Produktivitas minggu ke-1
==>Efektivitas output meningkat
Minggu ke-3: Output yang dicapai = 100 unit
Input yang digunakan =
110 jam-orang
==>
Produktivitas minggu ke-3 = 100 / 110 = 0.91
Produktivitas minggu ke-3 >
Produktivitas minggu ke-1:
==>
Efesiensi input (tenaga kerja) meningkat
Minggu ke-4: Output yang dicapai = 140
unit
Input yang digunakan =
110 jam-orang
==>
Produktivitas minggu ke-4 = 140 / 110 = 1.27
=======> Efektifivitas maupun Efesiensi meningkat
Produktivitas = EFEKTIVITAS /
EFESIENSI
C.
Pola Peningkatan Produktivitas (pola ke-1)
D.
Pola Peningkatan Produktivitas (pola ke-2)
·
Lakukan “cost-reduction program”
·
Gunakan
mesin yang lebih efisien
·
Tingkatkan
Maintenance program
|
|
E.
Pola Peningkatan Produktivitas (pola ke-3)
|
|
|
|
|
|
Tingkatkan
penjualan dan ekspansi pasar sambil sekaligus menggunakan teknologi baru
yang efisien, atau menggunakan bahan baru, atau proses yang baru
|
|
|
 |
|
F. Pola Peningkatan Produktivitas
(pola ke-4&5)
|
|
·
Introdusir
produk baru
·
Gunakan
fasilitas baru
“Bangkrut”
|
|
G. The 4 Report
Format,
mekanisme pelaporan, degree of details, frekuensi pelaporan, bisa berbeda di
setiap plant. Ada 4 jenis yang biasanya ada di plant:
1.
Analisis
tenaga kerja mingguan laporan (Weekly
labor analysis report)
2.
Laporan
kinerja mingguan Pemeliharaan (Maintenance
weekly performance report)
3.
Hasil
ringkasan pekerjaan (Job completed
summary)
4.
Laporan
Tren kinerja pemeliharaan (Maintenance
performance trend report)
H. Performance Improvement Measures
Yang
paling sering digunakan untuk mengukur maintenance performance adalah:
1.
Jumlah
individu dalam angkatan kerja tenaga kerja
(Number of individuals in labor work force)
2.
Ukuran
pemeliharaan penggajian tenaga kerja (Size
of maintenance labor payroll (dollars)
3.
Indeks
Produktivitas Tenaga Kerja (Labor
Productivity index)
4.
Hasil
studi work sampling (Result of work
sampling studies)
CHAPTER 8 MAINTENANCE MATERIAL
CONTROL
A. Maintenance Material Control
·
Katalog
stok gudang (Storehouse Stock Catalogs)
·
Hubungan
dengan departemen pembelian (Interface
with the Purchasing Department)
·
Indek
kinerja gudang (Storehouse Performance
Indexes)
·
Mengolah
kembali data rekaman (Rework and Return
Records)
·
Komputerisasi
system informasi (Computerized Stores
Information System)
·
Mengurangi
Persediaan Pemeliharaan dalam Sistem berbasis komputer (Reducing Maintenance Inventories in a Computer-based System)
·
Sebuah
sistem Manual untuk Mengurangi Persediaan Maintenance (A Manual system for Reducing Maintenance Inventories)
B.
Material Classification
Dalam
banyak kasus, fungsi maintenance material control adalah terpisah dari MMIS.
Yang baik adalah mereka harus teritegrasi Type Material yang biasa disimpan di
dalam stores operations:
1.
Spare
Parts
a.
u/
pekerjaan pemeliharaan, spare parts adalah material yang paling penting. SP dikatakan kritikal
jika unavailability akan menyebabkan
fasilitas stop beroperasi (biasanya 3% dari total SP)
b.
SP
juga bisa dikatagorikan sebagai high-co st items seperti persediaan centrifugal compressor
rotors, spare tube bundles
c.
SP
yang digunakan hanya u/ suatu peralatan tertentu.
d.
SP
yang ketersediaannya akan berpengaruh pada keselamatan dan pencemaran.
e.
SP
yang lama waktu pemesannya.
2. Normal Stock
Termasuk
di dalam NS adalah items/barang-barang yang digunakan sehari-hari. Pada umumnya
merupakan items yang sering digunakan dalam operasi pemeliharaan, spt gaskets,
valves, pipe, fitting, rolled steel section, bearing, belts, electrical
equipment. Biasanya sudah ada “order point” di sistem pemeliharaannya, shg jarang
terjadi shortage.
3.
Equipment and Tools
Tools
didefinisikan sebagai items yang distored bersama maintenance material lainnya,
dan hanya bisa di checked out oleh maintenance supervisor u/ suatu WO yang
spesifik. Equipment di definisikan sebagai portable machinery spt. Cranes, air
compressors, welding machine, dan tuggers. Biasanya disimpan di garage area.
C. Factors Causing Fluctuation in
Material Inventory
Banyak
faktor yang berpengaruh pada jumlah total material yang ada di storehouse:
- Maintenance scheduling: butuh
spare parts yang sesuai skedul
- Production downtime
considerations: mungkin terjadi
- Quantity discounts: kapan harus
beli
- Decentralized
stores: ada material yang tersedia overlap